Minggu, 29 April 2012

DASAR TEORI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DI DALAM KOPERASI


BAB I
PENDAHULUAN
Keberadaan tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi sangat penting artinya bagi organisasi. Dalam perkembangannya, organisasi akan menghadapi permasalahan tenaga kerja yang semakin kompleks, dengan demikian pengelolaan sumber daya manusia harus dilakukan secara profesional oleh departemen tersendiri dalam suatu organisasi, yaitu Human Resource Departement.
SDM sebagai salah satu unsur penunjang organisasi, dapat diartikan sebagai manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut personil, tenaga kerja, pekerja/karyawan); atau potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya; atau potensi yang merupakan asset & berfungsi sebagai modal non-material dalam organisasi bisnis, yang dpt diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi (Nawawi, 2000).
Pada organisasi yang masih bersifat tradisional, fokus terhadap SDM belum sepenuhnya dilaksanakan. Organisasi tersebut masih berkonsentrasi pada fungsi produksi, keuangan, dan pemasaran yang cenderung berorientasi jangka pendek. Mengingat betapa pentingnya peran SDM untuk kemajuan organisasi, maka organisasi dengan model yang lebih moderat menekankan pada fungsi SDM dengan orientasi jangka panjang.
Mengelola SDM di era globalisasi bukan merupakan hal yang mudah. Oleh karena itu, berbagai macam suprastruktur dan infrastruktur perlu disiapkan untuk mendukung proses terwujudnya SDM yang berkualitas. Perusahaan yang ingin tetap eksis dan memiliki citra positif di mata masyarakat tidak akan mengabaikan aspek pengembangan kualitas SDM-nya. Oleh karena itu peran manajemen sumber daya manusia dalam organisasi tidak kecil, bahkan sebagai sentral pengelola maupun penyedia SDM bagi departemen lainnya.
Manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas pengadaan
1 Konsep dan Tantangan Manajemen Sumber Daya Manusia
tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi dan masyarakat (Flippo, 1996). Atau dengan kata lain, secara lugas MSDM dapat diartikan sebagai kegiatan perencanaan, pengadaan, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan SDM dalam upaya mencapai tujuan individual maupun organisasional.
Secara historis, perkembangan pemikiran tentang MSDM tidak terlepas dari perkembangan pemikiran manajemen secara umum, dimulai dari gerakan manajemen ilmiah (dengan pendekatan mekanis) yang banyak didominasi oleh pemikiran dari F.W. Taylor. Pandangan-pandangan yang muncul berkaitan dengan SDM dalam era tersebut adalah :
• SDM sebagai salah satu faktor produksi yang dipacu untuk bekerja lebih produktif seperti mesin;
• Bekerja sesuai dengan spesialisasi yang telah ditentukan;
• Yang tidak produktif harus diganti/dibuang;
• Kondisi di atas memunculkan : pengangguran, tidak adanya jaminan dalam bekerja, berkurangnya rasa bangga terhadap pekerjaan, dan tumbuhnya serikat pekerja.

Gerakan human relation (dengan pendekatan paternalis), era ini ditandai dengan adanya pemikiran tentang peran SDM terhadap kemajuan organisasi. Pandangan-pandangan yang muncul adalah :
• SDM harus dilindungi dan disayangi, tidak hanya dianggap sebagai faktor produksi belaka tapi juga sebagai pemilik perusahaan;
• Mulai disediakannya berbagai fasilitas pemenuhan kebutuhan karyawan, seperti tempat ibadah, tempat istirahat, jaminan kesehatan, kantin, perumahan, dan sebagainya sebagai bentuk perhatian perusahaan terhadap tingkat kesejahteraan karyawan.

Gerakan kontemporer (dengan pendekatan sistem sosial), di era ini pemikiran tentang pentingnya peran SDM dan perlunya perhatian perusahaan terhadap kesejahteraan serta kepastian dalam bekerja semakin berkembang. Pandangan-pandangan yang muncul bahwa :
2 Konsep dan Tantangan Manajemen Sumber Daya Manusia

• Pencapaian tujuan organisasi tidak terlepas dari kontribusi SDM;
• Munculnya teori hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow (1940-an) sebagai landasan motivasi individu menjadi pendorong adanya pemikiran tentang perlunya memotivasi SDM dengan melihat tingkat kebutuhan yang dimilikinya;
• Adanya kecenderungan baru yang berdampak positif terhadap perkembangan efektivitas organisasi, yaitu :
a. Meningkatnya kepentingan terhadap MSDM;
b. Adanya perubahan arah pengawasan dan kebijakan secara sentral, dan pelaksanaan yang terdesentralisasi;
c. Meningkatnya otomatisasi dan pengembangan Sistem Informasi SDM;
d. Munculnya program MSDM yang terintegrasi;
e. Adanya perubahan menuju sistem merit dan akuntabilitas;
f. Meningkatnya perhatian terhadap perilaku kerja karyawan;
g. Meningkatnya perhatian terhadap budaya dan nilai organisasi;
h. Adanya perluasan program peningkatan produktivitas.
Sejalan dengan adanya pemikiran tentang semakin pentingnya peran SDM dalam organisasi, maka posisi MSDM dalam organisasi adalah mengelola SDM yang ada di seluruh bagian organisasi.

Perilaku pegawai tidak terlepas dengan budaya organisasi. Ada ahli yang mengatakan terdapat perbedaan antara budaya organisasi publik dan budaya organisasi perusahaan atau privat atau korporat. Bagaimana dengan istilah budaya korporat? Apakah ada perbedaan antara budaya korporat dengan budaya organisasi? Sebelum menjelaskan mengenai budaya korporat sebaiknya perlu diulang kembali pengertian budaya organisasi, dimana menurut Kotter dan Hesket, budaya organisasi merujuk pada nilai-nilai yang dianut bersama oleh orang dalam kelompok dan cenderung bertahan sepanjang waktu, bahkan meskipun anggota kelompok telah berubah. Selain pengertian tersebut, cukup banyak orang yang mendefinisikan budaya organisasi dengan berbagai macam pengertian.
Budaya korporat dapat dianggap sebagai perekat atau ikatan yang menahan suatu organisasi atau perusahaan agar bersatu. Budaya korporat menggabungkan nilai-nilai organisasi, norma-norma berperilaku, prosedur-prosedur serta kebijakan pada suatu perusahaan. Oleh karena itu sebenarnya tidak ada perbedaan yang mendasar antara budaya organisasi dan budaya korporat atau perusahaan, dimana budaya korporat lebih menekankan pada budaya yang terdapat pada suatu organisasi bisnis atau perusahaan. Lantas, faktor-faktor apa yang membentuk budaya korporat?
Pengaruh yang paling pokok pada budaya korporat sebenarnya adalah budaya nasional suatu negara dimana perusahaan itu berada. Namun selain hal tersebut, terdapat juga faktor lain yang turut membentuk budaya korporat misalnya pandangannya dan interaksinya dengan lingkungan atau dunia luar; struktur kepemilikan perusahaan juga berperan dalam membentuk budaya korporat (contohnya adalah budaya perusahaan keluarga kemungkinan akan berbeda dengan perusahaan bisnis lainnya); jenis atau tipe produksi yang dihasilkan perusahaan (misalnya perusahaan perangkat lunak komputer kemungkinan budayanya akan lebih informal dan berwirausaha jika dibandingkan dengan bank investasi); atau perusahaan jasa juga akan memiliki budaya yang berbeda dengan perusahaan pertambangan.
Walaupun hampir sama dengan komponen yang membentuk budaya , seperti bahasa, agama, dan humor, namun komponen budaya korporat lebih cenderung terkait dengan penerapan aspek-aspek kegiatan yang ada dalam suatu perusahaan. Masing-masing komponen tersebut secara terpisah atau secara sendiri-sendiri belum dapat menggambarkan nilai-nilai yang ada dalam suatu perusahaan. Namun
Manajer atau pemimpin adalah orang-orang yang mencapai hasil melalui orang lain. Orang lain itu adalah para bawahan. Berhubung dengan itu menjadi kewajiban dari setiap pemimpin agar para bawahannya berprestasi. Prestasi bawahan, terutama disebabkan oleh dua hal yaitu: kemampuan dan daya dorong. Kemampuan dan sifat-sifat pribadi, sedang daya dorong dipengaruhi oleh sesuautu yang ada dalam diri seseorang dan hal-hal lain di luar dirinya.
Daya dorong yang ada dalam diri seseorang, sering disebut motivasi. Daya dorong di luar diri seseorang, harus ditimbulkan pemimpin dan agar hal-hal di luar diri seseorang itu turut mempengaruhinya, pemimpin harus memilih berbagai sarana atau alat yang sesuai dengan orang itu.
Sejak adanya hubungan atasan-bawahan, manusia telah berusaha meneliti daya dorong yang menyebabkan bawahan bertindak. Sejarah menunjukkan bahwa daya dorong itu berbeda dari masa ke masa. Dengan kata lain teori motivasi yang berlaku umum tidak akan pernah ada.Dalam sejarahnya teori motivasi berkembang di era tahun 1950-an. Mula-mula orang menganggap bahwadaya dorong itu adalah ketakutan, pada akhirnya ternyata bukan demikian. Diadakan percobaan dengan penerapan perbaikan cara kerja sebagai hasil penelitian “time and motion studies”, ternyata bahwa hal ini bukan sepenuhnya benar. Pengertian yang mendalam kepada manusia ternyata menjadi kunci ditemukannya daya pendorong manusia untuk bertindak.



BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen SDM adalah fungsi manajemen pada tenaga kerja yang meliputi:
         Perencanaan
         Pengorganisasian
         Pengarahan
         Pengawasan
         Perekrutan
         Pengembangan
         Pemberian balas jasa
         PHK
            Tujuannya yaitu untuk mencapai tujuan organisasi.
Fungsi manajemen SDM dapat dibagi menjadi 2:
Fungsi manajemen
         Perencanaan
         Pengorganisasian
         Pengkoordinasian
         Pengarahan
         Pengawasan
Fungsi operasional
         Perekrutan
         Pengembangan
         Kompensasi
         Pemeliharaan
         PHK
Untuk meningkatkan kemajuan koperasi, maka anggota harus memperoleh informasi yang baik tentang koperasinya.
            Hal ini dimaksudkan agar anggota:
         Lebih setia kepada koperasinya
         Lebih banyak mengajukan kritik dan saran yang membangun
         Menciptakan iklim yang kondusif kepada masyarakat tentang koperasi
         Memenuhi semua kewajiban kepada koperasi

Manajer koperasi
         Manajer adalah orang yang memegang kekuasaan tertinggi dari semua karyawan koperasi.
Manajer yang baik harus:
         Berperan sebagai pembuat kebijakan
         Mampu mengkoordinasi seluruh kegiatan
         Pengawas yang bijaksana dalam semua kegiatan
         Mampu mengatur dan menggunakan dana secara efektif dan efisien
Bidang yang ditangani manajer
         Personalia
         Pengelola usaha
         Administrasi
         Perencanaan
         Pengawasan.
Bidang personalia meliputi
         Pengusulan pengangkatan pegawai.
         Membimbing dan memotivasi karyawan.
         Peningkatan pendidikan dan ketrampilan.
         Melakukan promosi dan mutasi pegawai
Bidang pengelolaan usaha meliputi:
         Mencari informasi pasar.
         Strategi tehnik produksi.
         Mencapai economic of scale.
         Peningkatan efisiensi kerja.
Bidang administrasi meliputi:
         Pembuatan laporan keuangan
         Pembuatan laporan arus keluar masuk barang
Bidang perencanaan meliputi:
         Penyusunan konsep rencana kerja pendek, menengah dan panjang
         Penyusunan rencana pengeluaran
         Penyusunan rencana pemasukan
         Penyusunan rencana tambahan karyawan, mutasi karyawan.

Pengurus koperasi
Pengurus adalah anggota yang dipilih dalam rapat anggota untuk mengurus koperasi
Cara kerja pengurus
         Kerja pengurus adalah kerja tim, sehingga pengurus tidak dapat bekerja sendiri-sendiri.
           
            Kegiatannya adalah:
         Mengadakan rapat rutin untuk membahas tentang keadaan koperasi
         Koordinasi kegiatan pengurus
            Setiap kegiatan yang dilakukan harus dilakukan dengan koordinasi yang baik
Koperasi sebagai suatu gerakan
         Pengurus harus benar benar orang yang menguasai tentang organisasi koperasi yang merupakan suatu gerakan ekonomi rakyat.
Pengurus tidak digaji
         Pengurus tidak mendapatkan gaji.
            Maka dari itu pengurus harus dipilih dari anggota yang benar banar menginginkan koperasinya
maju.
Pengawas
         Pengawas dituntut untuk berlaku jujur, karena mereka harus mencegah terjadinya kecurangan.
         Pengawas harus mengetahui tentang manajemen dan laporan keuangan.
Badan pembina dan dewan penasehat
         Pejabat struktural dalam suatu wilayah dimana koperasi berada biasanya diangkat menjadi pembina atau penasehat.
Koperasi sekunder
Koordinasi dengan koperasi sekunder dalam rangka mencari pasar yang lebih luas atau mencari tambahan modal sangat diperlukan bagi koperasi primer.
Dekopin
         Dekopin berfungsi sebagai pengarah kegiatan gerakan koperasi yang menangani pendidikan perkoperasian bagi para pengurus.
Peran pendidikan perkoperasian
         Membangkitkan aspirasi dan pemahaman anggota tentang perkoperasian.
         Meningkatkan partisipasi anggota pada koperasi
         Meningkatkan kemandirian dan kesertiaan diantara para anggota koperasi
         Meningkatkan kompetensi pengurus, pengawas dan karyawan.
Objek pendidikan
         Pengurus, pengawas
         Manajer
         Karyawan
         Anggota
         Masyarakat
Kendala dalam pendidikan anggota
         Kemandirian yang masih rendah
         Tidak memahami prosedur kerja
         Keterbatasan kemampuan dari para anggota
         Keterbatasan sarana dan prasarana








BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manajemen SDM adalah fungsi manajemen pada tenaga kerja yang meliputi Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan, Pengawasan, Perekrutan, Pengembangan, Pemberian balas jasa, PHK, dengan tujuan untuk mencapai tujuan organisasi.
Untuk meningkatkan kemajuan koperasi, maka anggota harus memperoleh informasi yang baik, dan SDM lebih setia kepada koperasinya lebih banyak mengajukan kritik dan saran yang membangun, menciptakan iklim yang kondusif kepada masyarakat tentang koperasi, memenuhi semua kewajiban kepada koperasi.




DAFTAR PUSTAKA

M.Ma’ruf Abdullah, Manajemen Sumber Daya Manusia, Banjarmasin, Antasari Press, 2007
Bary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia, Indonesia, PT Indeks Gremadia, 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar